Minggu, 28 Februari 2010

Diambang batas…

Apa yang kini tertulis menjadi saksi betapa ku naïf
Mencoba berlari dari genggaman takdir
Takdir hidupku telah tercipta…

Takdir yang ku pun terkadang bimbang
Benarkah..? atau ini hanya ujian bercampur ego-ku…

Sahabat… denyutan jantung menjadi pertanda waktu semakin dekat
Ku tak tahu akankah kita tetap bersama…
Setiap detik menjadi dentangan yang bagiku menakutkan
Semakin dekat waktu tuk tiba ku putuskan langkah

Melaju atau memupuk harapan pada bunga yang telah ku taman
Bunga yang telah kau beri pupuk
Setelah sekian lama ku pun tak yakin ia tumbuh

Hadirmu dalam penggalan kisah ku
Adalah bagian dari takdir hidupku…
Menjadikan ku bertahan untuk menggantungkan impian

Sahabat… esok entah apakah kita kan bertemu
Langkahku, bukan untukmu namun untuk Robb-ku
Jika esok melihat sosokmu…
Semua telah berubah…akankah ku tersenyum bahagia atau semakin tertusuk dalam bimbangku

Sahabat… takdirku semakin dekat
Sedekat ujian yang kan kau lalui
Ujian yang telah lama kau nanti, dan ujian itu pula yang sejatinya memecahkan pemisah harapan yang sempat tercipta

Berada dalam sisa waktu yang dipertaruhkan
Diambang batas…
Melanjutkan langkah atau “terdiam” untuk menggapai mimpiku

Mimpi bersamamu sahabatku…

Akankah…???

Kini... Sang pemilik jiwaku dan hatiku…”Robbul Izzati”
Menghadirkan harapan baru atau hendak menguji ketegaran seberapa jauh ku bertahan…???
Bertahan untuk mewujudkan mimpiku
Mimpi yang ku pun tak tahu apakah itupun mimpimu…


***
Memori 27 Feb 2010...
Kala senja menggantung...

Kamis, 25 Februari 2010

Pantaskah…????

Robb…betapa lemah dan hina aku….
Sering ku lalai dalam malam-MU…
Tak ada yang dapat ku banggakan dari ibadahku

Rangkaian langkah kakiku
Berjalan menapak di jalan-Mu terkadang dinodai oleh kesombongan
Terlena pujian dunia….

Robb…
Rindu aku…
Rindu suara rintihan mohonkan ampunan-MU
Rindu sejuknya setiap tetesan yang mengalir dari pancaran ketundukanku pada-MU

Robb…
Pantaskan aku mendapatkan insan kekasih-MU
Insan yang mencintai-Mu
Insan yang setiap orang melihatnya menjadi teduh…

Robb…
Kini Ia telah datang mengulurkan bentangan cahaya
Cahaya yang kan membawaku mengarungi luasnya alam cinta-MU
Ia datang…

Tak kuasa aku…

Robb…
Aku lemah…pantaskah aku mengabaikan insan yang mencintai-MU…?
Disaat setiap wanita menginginkan seperti yang ada dihadapanku kini…

Robb…
Ego-ku sering kali menutupi pandanganku…

Robb…
Kau lebih mengetahui yang terbaik bagiku, dimana diri-ku pun tak mengetahuinya….

Robb…
Jangan biarkan hamba memutuskan tanpa petunjuk-MU






***
Dalam bimbangku, 25 Feb 2010




Rabu, 24 Februari 2010

Renungku…

Saat harapku berbuah pada pilihan…
Sebuah keadaan yang ku takuti
Memilih yang sebenarnya tak mampu ku pilih…

Sahabat…
Telah beberapa sinar harapan datang padaku
Mengajak ku pergi menjalani hari bersamanya
Namun beberapa kali pula ku teguhkan diri untuk “diam”

Diamku yang mungkin kau tak tahu arti diamku…
Diamku yang mempertaruhkan semua harapanku
Diamku yang menetapkan ku pada ruang yang tak dijangkau siapapun

Kini…
Sinaran terang datang menemukanku dalam ruangku
Entah apa ku kan keluar menghampiri sinaran
Atau tetap terdiam menunggu sinarmu…sahabatku…

Tak ada kilauan isyarat
Karena memang batasan syari’at sebagai perisai

Tak lama lagi…
Janjiku dalam diri tuk “tetap terdiam”
Akankah ku tetap bertahan???
Terdiam dalam pertaruhan…

Sahabat…
Masa dimana tembok pemisah akan runtuh…
Ujian segera kau lewati…
Namun sebelum kau lepas dari ujian…
Pancaran sinar telah temukanku lebih dulu

Ku teguhkan pada Robb-ku
Memohon petunjuk langkah yang kan ku lalui
Bersabar sejenak, namun tanpa adanya pasti…
Atau menyambut sinar yang ada dengan kepasrahan

Ya Robb… sinar itu terlalu indah untukku
Salahkah jika ku tetap bertahan tanpa hiraukan sinar yang datang padaku?
Bantu hamba Ya Robb…
Bersihkan dari bisikan syetan yang kaburkan pemandanganku untuk memilih sinar yang terbaik….

***
Mendung, 24 Feb 2010

Selasa, 23 Februari 2010

Menanti Akhir Sebuah Penantian


Kau tahu ukhty…?
Air dalam gelasku tumpah, ketika kau beritakan kabar itu…
Sekejab rasaku terbang
Tak dapat digambarkan betapa bahagianya diriku…

Sahabat, penantian hampir usai…
Hari bahagia kan kita sambut dengan seluas senyum
Buah dari kesabaran…

Hari dimana kita kan melanjutkan langkah perjuangan
Menaklukkan dunia mimpi kita…
Meraih mimpimu, dan menggapai mimpiku…
Bersamamu sahabatku…

Inilah janji-Nya…
”Bersama kesulitan ada kemudahan…”

Dan kini…
Mari kita persiapkan bekal tuk sambut mekarnya bunga kebahagian
Kan kukalungi dengan untaian bunga yang kutanam

“Syafakillah ukhty…”
Dan kesembuhan itu pasti adanya…
Amiin…


***
Untukmu sahabatku… Nurmeilita
23 Feb 2010


Kembali…

Bahagianya hati ketika sahabatku t’lah kembali
Kembali dalam suasana yang dibangun dengan harapan
Inilah yang ku nanti…
Ketika semua menjadi seperti awal

Rasa yang tak terbendung
Menggulung bak ombak yang kan segera menepi pantai
Menari dalam putihnya buih
Membawa kembali sahabatku

Meski tetap tak terlihat wujud…
Namun hadirku, hadirmu terasa dekat
Sedekat bintang dengan gelap malam

Awal musim pada sebuah masa…

Sahabat, musim itu pasti kau paham
Sahabat, tentang masa itu akankah kau selalu kan mengingatnya?

Jika bukan karena-Mu Ya Robb…
Hilanglah setiap batasan dari kami…

Ikatlah hati-hati kami Ya Robb…
Ia kan menjadi penyubur bungaku yang hampir layu…


***
Memori, 22 Feb 2010 “Senja”

Senin, 22 Februari 2010

Kabar Bintang kecilku


Bintang kecilku…
Hadirmu menemani hari-hariku…
Sinar matamu teduh…
Terkadang inginku kecup pipimu dan membelaimu
Dekap dalam pelukanku

Gadis kecilku…
Siapa namamu?
Selama ini ku sebut kau “bintang kecilku”
Andai nanti kita bertemu…
Sungguh…tak kan asing bagiku menimangmu

Gambar wajahmu kutemukan dalam cinta
Yang kini selalu menghiasi sudut mejaku

Bintang kecilku…
Riuhnya suara hujan di luar
Menambah gundah jiwaku
Saat ku tahu kini kau terbaring lesu

Bintang kecilku…
Saat ini rentan tubuhmu untuk sakit
Usiamu belum genap satu tahun

Ya Robb.. kutitipkan doa dan kecup sayangku untuknya…
Syafakillah sayang…..
Dan…
Panggil aku amma…

***
Dalam deras hujan, 22 Feb 2010

Jumat, 19 Februari 2010

Aku selalu lalai dari 3 hal

Aku selalu lalai dari 3 nikmat ini

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa nikmat itu ada 3 macam.
Pertama, adalah nikmat yang nampak di mata hamba.
Kedua, adalah nikmat yang diharapkan kehadirannya.
Ketiga, adalah nikmat yang tidak dirasakan.


Itulah nikmat yang sering kita lupakan. Kita mungkin hanya tahu berbagai nikmat yang ada di hadapan kita, semisal rumah yang mewah, motor yang bagus, dsb. Begitu juga kita senantiasa mengharapkan nikmat lainnya semacam berharap agar tetap istiqomah dalam agama ini, bahagia di masa mendatang, hidup berkecukupan nantinya, dsb. Namun, ada pula nikmat yang mungkin tidak kita rasakan, padahal itu juga nikmat.
Ibnul Qoyyim menceritakan bahwa ada seorang Arab menemui Amirul Mukminin Ar Rosyid. Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin. Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya. Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap-harap dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan kontinu dalam melakukan ketaatan pada-Nya. Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.” Ar Rosyid terkagum-kagum dengan ucapan orang ini. Lantas beliau berkata, “Sungguh bagus pembagian nikmat menurutmu tadi.”
Semoga kita termasuk orang yang mensyukuri tiga macam nikmat ini.


Kamis, 18 Februari 2010

Yang ku Rasa…

Enam hari telah berlalu….
Saat dedauan masih basah pagi itu…
Belum jua tetesan itu berhenti membasahinya setelah deras sepanjang malam menemani kelam tak bermimpi

Kata-katamu terlalu tajam sahabat….
Tak kah disadari ia dapat mengeringkan pucuk-pucuk daun yang kemudian lepas dari setiap batang?

Ia berguguran….

Bahagiakah kau melihatnya berjatuhan….?

***
Memori 13 Feb 2010

Rabu, 17 Februari 2010

Kata yang terasa Asing

Air minum yang terteguk dengan pahitnya rasa di jiwa
Semoga dapat menyirami hingga kedalam hati yang meneduhkan luka
Sungguh…terasa asing dihari itu…
Setiap pesan yang kau tuliskan, bukanlah sosok yang selama ini ku kenal

Maaf jika ku banyak menuntutmu…
Maaf jika terkadangku mengkritikmu…
Sungguh..karena kau sahabatku
Inginku seperti dulu, tak peduli semua atribut yang kau pakai…
Kau tetap sahabatku…
Berbagi bersama…

Inilah caraku…
Caraku…

Apapun itu, siapapun kau nanti…
Tetaplah bagaimana awal dengan cara kita menyampaikan setiap pesan
Pesan yang tersampaikan lewat setiap pertengkaran kecil
Kadang tawa, kadang dalam desiran angin yang menyatukan rindu

***
“Maaf…”

Senja, 17 Feb 2010

Temukan Aku…

Mungkin ini saat yang tepat…
Mungkin saja…
Dan mungkin aku sendiri pun tak yakin…
Tapi inilah langkah yang ku ambil….

Bukan penyesalan saat lembaran kisah itu tertulis…
Sungguh… sejatinya ku bersyukur melihat bungaku yang lama membeku berlahan mekar dan memancarkan harapan tuk tumbuh….
Kau tahu...?

Inilah suara hatiku….
Dimana tak seorangpun dapat memahami dan mengerti…
Hanya pemilik Jiwa dan Hatiku yang ku yakin memahaminya…
“Sang Robbul Izzati”

Mungkin kau, sahabat…
Mungkin saja kau mengerti…tapi akankah kau memahaminya….

Rasaku…tak selelu benar…
Karena ia dipenuhi oleh rasa yang terbendung oleh pengharapan…
Dan…inilah yang kuputuskan….
Cukup disini… diruang yang kau pun tak mengetahuinya

Ruangku….kupastikan tak ada hadirmu…
Namun di sinilah… inginku kau menemukanku
Membawa ke tempat impian bertabur kasih pada-Nya

Jika kau tak dapat menemukanku…
Mungkin kau tak sejatinya mencari ruangku

***
Maaf… inilah langkahku yang semakin jauh darimu sahabat

17 Feb 2010

Dihari Itu….

Kala ini…terhitung bilangan hari yang memanjang dalam bilangan lebih dari satu tahun….
Sahabat…inginku, kala ujianmu tiba,,,beri kabar padaku
Agar disaat itu seluruh nafasku menjadi doa untukmu….

Ingatkah dikala berjuang bersama,,,,
Dan…Saat ini detik-detik hari ujian pententu….
Meski tak seperti dulu…meski semuanya telah berubah….
Tak seperti dulu….
Inginku tetap selalu dekat dalam hari-harimu…..

Hanya itu….tak lebih,,,
Berilah kabar saat bersejarah dalam hidupmu….
Karena disana ku pun kan bahagia melihatmu berhasil melewatinya
Meski setiap langkah kaki ku pun semakin jauh darimu…
Maafkan….

Entah dengan cara apa kabar itupun akan sampai….
Mohonkan pada Robbul Izzati agar dengan cara-Nya yang agung tuk sampaikan padaku…..

***
Sahabat… semoga Allah memudahkan langkahmu dalam ujian nanti
Di sini….hariku tetap bersama bintang yang kan melihatmu dari kejauhan kesunyian.


*(batt)*
17 Februari 2010

Dialog Hati….

“Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang…simpan rapi harapan…berkawan selamanya….”
(edc)

“Sudah ku bilang, seharusnya kau tak usah tau siapa dia !” Ujar wanita dihadapanku
“Semua lebih baik jika kau tak pernah mengenalnya…karena ku yakin kau akan terkejut,” wanita dihadapanku kembali melanjutkan perkataannya.
“Aku hanya ingin mengenalnya,” kataku membela diri
“Untuk apa? Bukankah kau lebih nyaman ia menjadi tokoh dalam khayalmu? Kau beri nama untuknya yang merupakan bagian dari dirimu?”
“Mungkin kau benar, ia memang pernah hadir dalam hidupku, tempatku berbagi cerita…selalu hadir ketika ku membutuhkannya, walau hanya dalam batas ruang yang tak mampu ditembus,” pungkasku.
“Sudahlah…tak perlu kau mengingatnya kembali, karena kau sendiri yang membuatnya pergi dan menghapus hadirnya dalam khayalmu.” tutur wanita dihadapanku kembali.
“Ya, memang aku sendiri yang memecahkan tabir kaca yang menyinari hidupku. Namun jejaknya hingga kini masih hadir….” Ujarku.
“Mengapa kau tau apa yang sedang ku rasa saat ini?,” Tanya ku penasaran kepada wanita dihadapanku, yang sekilas mirip dengan ku
“Bagaimana mungkin jika ku sampai tak tahu apa yang kau rasa, ketika kau sedih, suka atau ragu menyelimuti…aku selalu merasakannya pula,”
“Maksudmu? Kau…..”
“Ya, Aku adalah dirimu sendiri,”

*****
Aku dan hatiku….menjadi teman setia dalam berbagi cerita hidup, tak pernah bosan mendengarkan semua kisah yang ku lalui. Berdialog dengan hati kecil mengajarkanku untuk selalu berkata jujur, belajar merasakan setiap manis dan getir kehidupan. “Terimakasih Ya Robb, Kau berikan aku hati, yang mampu berdialog denganku…menjadi sahabat terbaik dalam hidupku,”


Jakarta, 15 Oktober, 2009

Bukan Dongeng Biasa…. ( Iseng2 Tak Berhadiah…)

**** Ijinkan Ku Terbang Meraih “Bintang” ****

“Hei…apa yang Kau lakukan di sana ?” Tanya Ranting tua dengan heran

Merasa perkataannya tak dihiraukan, Ranting tua pun kembali bertanya pada makhluk kecil dihadapannya. “Sampai kapan Kau terus disana? lebih baik kau pergi mengikuti teman-temanmu yang lain,” Ujar Ranting tua.

“Biarkan aku di sini, aku ingin menanti bintang dan terbang menggapainya,” Makhluk kecil itu pun akhirnya mulai bersuara.

“Hahahahaha…Kamu ini siapa? Kamu hanyalah seekor Kupu-kupu! Mana mungkin sayapmu dapat terbang tinggi?” Ejek Ranting tua

“Ya, aku tahu siapa Aku, Aku hanyalah seekor Kupu-kupu kecil, namun Aku mempunyai impian! Sesuatu yang mungkin Kau tak punya.” Kata kupu-kupu

“Lihat..! langit itu terlalu tinggi, dan Kau tak kan mampu meraih impianmu..!!” Kata Ranting tua

“ Sungguh,,, Aku sadar dan kenal siapa diriku. Sejatinya, bukan langit seperti yang Kau bayangkan sahabatku,“ terang Kupu-kupu

“ Lalu, apa maksud maksud dari perkataanmu?” Tanya Ranting tua penasaran

“ Aku mempunyai kehidupan, dalam ruang tersendiri yang tak mampu dijangkau oleh siapapun, aku mempunyai langit kehidupan… Langit yang membentang luas didalam hatiku, dimana kan bersinar bintang yang kan terangi di setiap sudut langitku,” Kupu-kupu menjawab pertanyaan Ranting tua.

Sebelum Ranting tua berkata, Kupu-kupu kembali melanjutkan perkataannya. “Sekarang, Aku ingin bertanya kepadamu? Apakah salah jika Aku mengharap bintang kan bersinar di kelamnya malam? Bukankah memang di sana Ia ada? Apakah menurutmu masih terlalu pagi jika Aku menantinya?,” Tanya Kupu-kupu

“Wahai Kupu-kupu, sebelum malam tiba, sinar mentari lebih terang akan hadir di depan matamu, lalu apa yang kan Kau lakukan? Masihkah Kau menunggu datangnya malam?” Ranting tua balik bertanya kepada Kupu-kupu

Kupu-kupu pun menjawab, “Biarlah keyakinanku memejamkan mata sejenak, tak hiraukan mentari. Hingga mataku terbuka saat malam tiba dan ku lihat indahnya sinar bintang,”

“Bagaimana jika bintang tak hadir seperti yang Kau harapkan?” Usik Ranting tua

“Anggap semua bagian dari perjalanan hidup, tak kan pernah ku sesali jika hal itu terjadi. Ada Allah yang selalu temaniku, Ia kan tunjukan jawaban dari setiap mimpiku,” Kupu-kupu kembali meyakinkan Ranting tua.

“ Mengapa kau tetap pada pendirianmu?” Tanya Ranting tua

“ Karena aku yakin, aku masih dapat terbang jika diriku ditinggalkan. Namun sebaliknya, sayapku kan rapuh jika aku sendiri yang meninggalkan impianku.” Jelas Kupu-kupu

*** Aku ada Bukan untuk Meninggalkan... ***

September, 2009

Warna Kehidupan….

***
Seiring berjalannya waktu…
Setiap detik terasa dalam denyut kehidupan…
Tawa, canda, sedih pula duka
Hadir dalam setiap sisi kehidupan….

Maknai arti sebuah perjalanan panjang…
Terkadang lari dari sebuah asa…
Inginku hilangkan semua jejak masa
Lahir kembali mengawali cerita

Tak mudah berdiri diantara tebing nan curam…
Menahan setiap hembusan kencang angin yang mengusik
Ku kan tetap bertahan, mesti akhirnya terjatuh…
Namun yang pasti ku tak pernah sesali…

Izinkan ku pergi dan terbang meraih mimpi…
Jika esok masih terbuka mata, satu yang ku ingin …
Kembali dalam gerak nafas takdirku…
Jalani semua kisah yang menjadi bingkai hidup

Teruslah berhembus… sejauhmana kekuatan dorongan
Menghampiriku pada lembaran torehan yang akan tertulis
Namun tetap ku bertahan…
Mencoba bertahan tanpa gerak…

Jika nanti ku menghilang dalam rotasi waktu
Tak dapat terlihat…berlahan menjauh
Jejak kakiku tetap disini…tak hilang ditelan masa
Menjadi warna arti hadirku

***
Senja, Agustus 09

Berusahalah Untuk “Mencintai” !!!

Kisah ini terinspirasi ketika mendengar sebuah siaran radio, terdengar suara seorang ustad yang menyampaikan sepenggal hikmah. Durasinya tak lama, hanya sekitar 2-3 menit….namun, ternyata ada hikmah besar yang dapat kita petik….

Saya mencoba menuangkan kembali pesan yang terkandung dalam “hikmah singkat” dari siaran radio tersebut melalui tulisan….
Semoga bermanfaat bagi kita semua ^__^

Sudah Siap??? Kurang lebih begini ceritanya….

****
Alkisah, ada sepasang suami istri yang telah 20 tahun menikah, namun ternyata seiring waktu berjalan…rasa cinta itu menjadi hambar hingga tidak dapat dirasakan lagi. Kemudian sepasang suami istri tersebut pergi mendatangi seorang Ustad yang dikenal dengan keilmuan serta kesholehannya untuk mencari jalan keluar dari problematika yang menimpa keluarganya.

“Ustad, Kami sudah 20 tahun menikah, tapi sekarang tidak ada lagi rasa cinta diantara Kami, tolong Ustad, apa yang harus kami lakukan?” Tanya sang Suami.

“Wahai Akhy, Cintailah istrimu !!!” Jawab sang Ustad.

Mendengar jawaban sang Ustad, Suami itupun terheran dan bingung…Kemuadian Ia mengulangi kembali pertanyaannya. “Ustad, diantara Kami sudah tidak ada lagi rasa cinta, lalu apa yang harus Kami lakukan?” Tanya sang Suami untuk kedua kalinya.

“Wahai Akhy, Cintailah Istrimu !!!” jawab sang Ustad itu kembali.

Begitupun seterusnya, sampai tiga kali sang suami mengulangi pertanyaannya, namun jawaban yang Ia dapatkan masih saja sama dengan yang pertama kali.

Tidak puas dengan jawaban sang Ustad, lalu sang suami itupun menanyakan arti dari jawaban yang Ustad berikan. “ Ustad, bagaimana ustad bisa meminta saya mencintai istri saya, padahal itulah permasalahannya! Sudah tidak ada lagi rasa cinta diantara Kami.” Terang sang suami.

Kemudian Ustad pun menjawab, “ Akhy,,, Cinta itu bukan kata benda,,,dan bukan pula kata sifat. Namun cinta adalah kata kerja !!!, sesuatu yang harus diperjuangkan dan terus diupayakan….”. Tutur sang Ustad.
*****

Sahabat, apa yang ada dibenak kalian jika mendengar atau membaca sepenggal kisah diatas???

Bagaimana kita bisa mengharapkan sebuah pohon akan tumbuh, jika kita tidak pernah menanamnya???
Bagaimana kita bisa mengharapkan buah, jika pohon tersebut tidak kita rawat dan diberi pupuk???

Kembali kepada masing-masing pribadi akan diarahkan kemana makna dari kisah diatas, dalam persahabatan, rumah tangga, atau mungkin pekerjaan yang sedang kita geluti sekarang??? Teruslah berjuang mencintai pekerjaan kita, maka apa yang akan kita dapat sungguh Luarrrrr Biasaaa !!! (sekalipun hasilnya belum optimal, namun Kita tak mudah putus asa !!!)

Berjuang…berjuang dan terus berjuang…!!! Anugerah Allah begitu luas…jangan hanya diam terpaku !!!

Jakarta, 8 Agustus 2009
To : aLL My Friends…. I Lope U PoL ^__^

Kala Malam Tiada Berbintang…

Tersenyum dikala pahit tak kan mudah…
Tak ada pilihan…tenangkan jiwa dalam deru perjalanan

Gemercik air yang mengalir biarlah membawa hilang anganku…

Tentukan langkah di jalan-MU tak mudah menapakinya…
Dentuman besar dan taburan luka hadir mengiringi…
Angin yang menyejukkan bawa terlena jiwa ini…
Jangan sampai terpejam !!! karena perjalanan masih panjang…

Ikhlaskan diri nyata tak mudah…
Lantunan dzikir belum menembus karang yang tajam
Robb..lemahnya diri ini…kuatkan dengan cinta-Mu
Membawa segenggam keyakinan yang menjadi kekuatan tuk tetap di sini…

Hilangkan duri yang mengganjal jiwaku…
Tepiskan semua…jika itu tanpa Ridho-Mu…

Harapku begitu besar menyinari langkahku…
Tak hiraukan setiap lambaian nyiur di tepi lain…
Bergerak dalam nafas impian dan harapan

Suatu saat nanti…
Bintang kan bersinar di pekatnya angin malam…


03 Juni 2009, 19.00 WIB

Mendengarkan Yang Tak Terdengar


Tak mudah untuk memulai
Bukan tak mudah untuk mencoba
Berawal dari dorongan jiwa, pejamkan sejenak apa yang dapat terlihat
Mulailah dengar nyanyian daun yang tertiup angin
Dengarkan…dengarkan melalui ruang di hati yang terkadang hampa



Tak semua orang mampu mendengarkan, meskipun ia mempunyai kemampuan mendengar. Ya, setiap kita memang mampu mendengar, namun seberapa banyak dari kita yang mau mendengarkan? Mendengar tak butuh niat, karena dimanapun kita berada, kita dapat mendengar suara, di bis misalnya, kita mendengar sura seorang kenek yang menyebut jurusan mobil atau penumpang disamping kita yang sedang asyik menelpon, atau bahkan pengamen yang menyanyikan sebuah lagu, namun apakah kita mendengarkan mereka? Sungguh, sekalipun kita mendengar, belum tentu kita mendengarkan.

Mendengarkan membutuhkan niat dan konsentrasi, ia membutuhkan kelapangan jiwa untuk mengerti setiap pesan yang sampai. Betapa Rosulullah telah mengajarkan kita hakikat dari sebuah mendengarkan, ketika datang Utbah bin Rabi’ah salah seorang tokoh dari kafir Quraisy untuk menghentikan dakwah Islam, Rosulullah mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan tokoh tersebut, tanpa memotong pembicaraan sedikit pun. Ketika utusan tersebut selesai menyampaikan maksudnya, barulah Rosulullah menanggapi pesan yang disampaikan dengan santun. Sejatinya al-Qur’an pun telah memberi isyarat bahwa betapa perintah mendengarkan selalu disebut lebih dulu dari perintah melihat, sebagai contoh dapat kita lihat pada surat Al Isra: 36, “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan dimintakan tanggung jawabnya.”

Semua orang mampu mendengar, tapi hanya sedkit yang mau mendengarkan, dari yang sedikit tersebut berapa banyak yang mampu mendengar apa yang tak terdengar??? Entah, apakah memang Ia tak mempunyai kemampuan mendengar apa yang tak terdengar, atau memang tak ingin mendengarkan????

Suara hati…. Itulah hal yang seringkali terabaikan oleh kita, betapa seringkali hati kita ingin sekali didengar, tentang keluhnya, lelahnya ia bersama kita, lelah yang mungkin seringkali karena kemaksiatan yang kita lakukan karena melawan nurani kita, maksiat yang kadangkala kita tak sadar karena berawal dari hal-hal kecil, namun sejatinya hati kita menjerit untuk didengarkan jeritannya, adakah waktu untuk mendengarkannya????

Belajar mendengarkan suara hati, menjadikan diri kita lebih peka terhadap keadaan. Ia akan senantiasa memberi sinyal “pemberontakan” jika apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan tuntunan syari’ah. Sebaliknya, ia akan bersenandung teduh yang membawa hanyut diri kita ke alam kebahagian sejati dalam kehidupan. Dengarkan, dengarkan…mulailah mendengarkan suara hati yang kadangkala terabaikan oleh kita.


Merasakan dunia hati
Mendengarkan riuh rendah suara ombak bisikan yang menerjang
Menumpahkan tentang rasa yang tak tersampaikan
Suara hati yang terbawa terjangan angan yang hanya dapat didengar dengan hati
Terdampar dalam labuhan keringnya jiwa


Februari, 2010
* Untukmu Sahabatku: "Dengarkan kala desiran rindu dalam perjalanan kisah..."

Rabu, 03 Februari 2010

बेलुम saatnya


Sudah banyak…banyak…dan banyak……(tP blm ada waktu buat ngetiknya….) -_-
Rasanya My DiaryQ…masih menjadi t4 paling nyaman…..
map ya bu’blog… Tapi ntr aQ nulis lagi di sini kok…
ok…. ^___^