Jumat, 04 September 2009


Jakarta (7/4)- Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta mendapat
penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai “Penyelenggara
Kampanye dengan Peserta Terbesar” dalam kampanye pemilu legislatif
2009. Kampanye PKS pada putaran terakhir yang diselenggarakan di
Gelora Bung Karno (30/03) sepekan silam tersebut dipadati oleh ratusan
ribu massa dari segala penjuru wilayah DKI Jakarta. Meski demikian,
kampanye berjalan dengan tertib dan aman serta lalu lintas terkendali
dengan baik.

Penganugerahan MURI kepada PKS DKI Jakarta disampaikan langsung oleh
Ketua Umum MURI, Jaya Suprana didampingi Aylawati Sarwono (Wakil Ketua
Umum MURI/ Direktur MURI). Sementara Ketua Umum DPW PKS DKI Jakarta,
Triwisaksana dan Ketua Pelaksana kampanye, Adang Daradjatun menerima
penghargaan tersebut di Restoran D’Lounge, Jakarta Selatan, usai
Konferensi Pers digelar. Acara tersebut dihadiri pula beberapa tokoh dan caleg PKS Dapil Jakarta diantaranya Igo Ilham, Ahmad Zairofi, Tubagus Arif, Rifkoh Abriani, serta kelima Ketua DPD wilayah Jakarta.

Dalam sambutannya, Jaya Suprana mengatakan bahwa kampanye PKS sangat
disiplin dan tertib. Bahkan menurutnya, meski diikuti oleh ratusan
ribu peserta, kemacetan lalu lintas tidak terjadi. “Penghargaan MURI
kepada PKS, bukanlah sebuah rekayasa, namun ini adalah fakta, PKS
benar-benar menghadirkan peserta kampanye terbanyak”, ujarnya.
Jaya menambahkan, bahwa pihak-pihak lain tidak perlu bersikap sinis
apalagi bepikir negatif akan hal ini. Penghargaan MURI diberikan,
karena hanya PKS yang benar-benar mampu memecahkan rekor peserta
kampanye terbanyak di DKI Jakarta , bahkan di seluruh Indonesia . Jaya
juga menyatakan, bahwa besaran angka peserta kampanye yang diberikan
adalah riil, bukan sekadar klaim semata. “PKS sudah membuktikannya”,
pungkas Jaya.

Dalam penganugerahan tersebut, Ketua Umum PKS DKI Jakarta
Triwisaksana, mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada seluruh kader dan simpatisan PKS DKI
Jakarta . “Penghargaan ini adalah hasil kerja keras kader yang luar
biasa”, ujar Sani dalam sambutan pembukanya.

Sementara itu, Adang Daradjatun, yang juga Caleg DPR RI Nomor 1 Dapil
3 menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada MURI yang
telah memberikan penghargaan ini. Bagi PKS, Rekor MURI ini juga
sebagai motivator pada seluruh kader, untuk benar-benar mewujudkan
kemenangan dalam pemilu mendatang. Sekaligus juga menunjukkan bahwa
PKS memang dicintai dan mampu memberikan bukti nyata, bahwa PKS
didukung oleh sebagian besar masyarakat.

Untukmu sahabatku……Dikala Ujian Menghampiri...


Tak ada seorangpun yang ingin merasakan sakit…tentu ini adalah sebuah ujian yang harus kita hadapi…jika rasa sakit itu menghampiri…
Terkadang…diwaktu sehat, kita lupa mensyukuri kenikmatan tersebut…
”Robb…begitu banyak dosa yang kami lakukan…Ampuni setiap percikan noda yang mengotori hati kami…”

******
Ingin rasanya kembali ke masa itu…masa di mana kita masih terus bersama….bersama menapaki indahnya anugerah yang Allah berikan…Mengayunkan langkah menapaki jalan untuk mencari…dan terus mencari hikmah diluasnya alam ini..
Ukhti..masih jelas terekam saat lelahnya kaki ini berjalan bersamamu…pergi kemanapun mencari setiap sinaran ilmu…tertawa bersama…tak hiraukan tetesan keringat yang membasahi…

Pertengahan November, 2007
Kebersamaan kita makin terasa disaat kita tinggal dalam satu kamar kost berukuran kecil, tak jauh dari kampus tercinta…UIN Syahid Jakarta…hanya ada satu tempat tidur, lemari dan sebuah komputer yang sangat berharga bagi kita…karena selalu menemani dalam setiap tulisan dalam proses penyelesaian skripsi….
Setiap selepas sholat subuh, tilawah dan zikir….seperti biasa…^_^ perut sudah berbunyi…Wuaaaah…itu artinya kita harus keliling mencari warung yang sudah siap menyediakan sarapan pagi… karena masih terlalu pagi, kadangkala kita harus menunggu sampai sarapan itu selesai dimasak…

Akhir November, 2007
Alhamdulillah…Proposal skripsi kita diterima… tekad untuk menyelesaikan kuliah 3,5 tahun, Insya Allah bisa dicapai… senyummu saat itu begitu mengembang…kau begitu cantik ukhti…
Hari-hari dilalui bersamamu..saling membantu dan menyemangati selama proses penyelesaian skripsi berlangsung…
Lelahnya hari baru terasa di saaat heningnyaa malam… itulah saat kita berbagi cerita, keluh dan kesah…
Namun…ukhti, ada yang aneh di kakimu…saat itu kau hanya tersenyum dan meyakinkanku bahwa tidak ada masalah…
Hari-hari pun berlalu, hingga sutau malam, kau merasa sakit dan nyeri…dan memang kulihat ada benjolan tepat dibawah lutut kananmu…dan akhirnya kau pun mengatakan bahwa benjolan itu sudah ada kira-kira satu tahun yang lalu… malam itu kau tak menangis ukhti…tanpa keluh…

Desember, 2007
…Resahmu…
Sore itu, saat senja mulai datang… kita bergegas untuk menjenguk salah satu sahabat yang dirawat di salah satu Rumah Sakit di bilangan selatan kota Jakarta. Disana kau tampak gelisah dan terus menggali informasi tentang sakit yang dialami sahabat kita…dan memang tampak sama dengan yang ada di kakimu ukhti…
Keesokan harinya, kau langsung memeriksakan diri ke RSCM… lama kutunggu kau belum juga datang uhkti…Mungkin kau langsung kembali ke rumahmu karena rindu pada keluargamu…namun, tak sabar rasanya ingin mengetahui hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit….
Setelah beberapa hari, akhirnya kau kembali ke kost…dan…sepertinya ada yang berbeda dari raut wajahnu ukhti…namun kau belum bersedia mengatakannya…
Sejak saat itu, skripsimu menjadi terhambat, karena kau harus selalu memeriksakan diri ke RS, memastikan apa yang terjadi???
Hingga akhirnya, hasil pemeriksaan menyatakan bahwa di kakimu bersarang sebuah tumor ganas…saat itu, ku lihat kau begitu tegar ukhti…

Air mata itu….
Satu per satu kau ceritakan semua padaku…saat kau mendesak dokter untuk segera melakukan operasi, agar cepat sembuh dan kembali menyelesaikan skripsi…namun, dokter menyarankan agar kau cuti kuliah selama pengobatan…raut wajahmu seketika berubah ukhti…air matamu berlahan jatuh melewati garis wajahmu…kau katakan padaku bahwa sakit yang kau alami adalah kanker tulang “osteosarkoma” dan masih jarang terjadi…karena itu kau harus menjalani beberapa kali operasi dan kemotraphy… heningnya malam…kian terasa sunyi…saat itu….

Februari 2008
Ukhti…sebentar lagi kau menjalani operasi yang pertama..namun, kau sembunyikan keadaanmu…kau tak ingin aku khawatir…
Pagi itu, sebelum masuk ke ruang operasi, aku berhasil menemuimu ukhti…dan ku lihat senyum terindahmu tetap menghiasi wajahmu yang cantik ukhti…sebuah senyum ketegaran. Beberapa jam kemudian, saat kau keluar dari ruang operasi…separuh tubuhmu kaku dan tak dapat digerakkan…tentu itu sangat sakit ukhti….
Beberapa hari lagi, aku akan sidang skripsi…kau selalu menyemangatiku…hingga hari itu pun tiba, Ah…andai saja saat sidang skripsiku, kau dapat hadir ukhti….
Beberapa menit sebelum masuk ke ruang sidang…Aku melihatmu ukhti…matamu menatap memberi keyakinan bahwa memang kau benar-benar ada… Terimakasih ukhti, seharusnya kau istirahat di rumah, namun kau paksakan diri untuk hadir dalam sidang skripsiku….

Maret 2008
….Kemotraphy….
Semua barang-barang sudah dikemas, kau kan kembali tinggal bersama keluargamu karena kau akan menjalani proses pengobatan…wajahmu nampak berseri…^_^ dan kau katakan padaku, masih ada kemungkinan bahwa apa yang kau alami bukan kanker, melainkan tumor jinak…..untuk itu kau harus dioperasi lagi (biopsy)… kala itu, sinar matamu penuh harap….
Kau dirawat di RS untuk menjalani operasi yang kedua…namun ternyata, hasilnya memang kau positif “Osteosarkoma” (kanker tulang)…dapat kubayangkan..bagaimana perasaanmu saat itu, namun kau tak mengeluh ukhti…hampir tak pernah mengeluh…
Kau menjalani beberapa kali kemotraphy, dan setiap kali kemo, tubuhmu terguncang memuntahkan semua yang telah kau telan…disusul demam dan suhu tubuh yang panas…
Ukhti…apa yang dapat kulakukan untuk mengurangi rasa sakitmu????....
Walau tak tinggal bersama lagi, kita masih sering berbagi cerita melalui telepon..kau mengatakan bahwa setiap hari rambutmu rontok sampai akhirnya benar-benar tak ada yang tersisa..dan perubahan-perubahan lainnya selama proses kemo. Butiran hangat mengalir di pipiku…namun dari seberang sana, suaramu terdengar tegar seakan tidak terjadi apa-apa…
“Robb… Tarima kasih, Kau telah menguatkannya…”
Setiap kali aku menjengukmu di RS atau di rumah…harus selalu ku menahan air mata, dan berusaha seolah-olah tidak ada yang berubah pada dirimu…menganggapmu sama seperti dulu…

…Pemotongan Tulang…
Operasi kali ini, tulangmu harus dipotong ukhti…kemudian dibawa ke laboratorium di Batan. Sungguh, tak dapat kubayangkan bagaimana kau merasakan sakit kala itu…Namun kau begitu kuat…bahkan kau meminta dokter untuk mengabadikan tulang yang dipotong melalui kamera ponselmu…dan nampak jelas kulihat tulangmu yang masih berumuran darah…
Keesokan harinya, kau kembali masuk ruang operasi untuk pemasangan kembali tulang yang sempat terpisah dari kakimu…tak ku dengar keluhmu ukhti… setelah operasi, kau kembali menjalani beberapa kemotraphy lagi…saat itu, sempat terbesit dihatiku…betapa banyaknya biaya yang harus dikeluarkan selama pengobatan…apalagi saat itu, ayahmu sudah menjadi pensiun.

April 2008,
Rektor telah menyematkan togaku ukhti…tentu rasa bahagia ini tak lengkap tanpa hadirmu…karena kau masih terbaring sakit…tak tega rasanya jika harus ku ceritakan tentang bahagiaku disaat seperti ini…namun kau terus mendesakku untuk menceritakan saat-saat wisudaku…senyummu menghiasi wajahmu bukti ketegaran…

Juli 2008,
Kau masih terus menjalani perawatan…beberapa kali operasi dan kemotraaphy lagi…kali ini, pemasangan alat untuk mengganti tulangmu yang harus kembali di bawa ke Leboratorium…sehingga kakimu tidak daapat ditekuk dan digerakkan sama sekali…
Aku tahu betapa kau ingin sekali berdiri dan berjalan seperti dulu…semua sahabatmu tahu…kau sosok yang energik dan penuh semangat, kami pun rindu akan hal itu ukhti….
September 2008,
Bulan yang dinaanti telah tiba ukhti…Ramadhan yang indah…walau kau harus melewatinya di RS. Ingin sekali kau menunaikaan ibadah puasa dibulan yang penuh berkah ini…namun kondisimu tak memungkinkan ukhti…

Oktober 2008,
…Hari Raya…
Kau dengar itu ukhti??? Takbir terus menggema, tanda kemenangan bagi setiap insan yang bertaqwa…Sejak kemarin sore, sudah tak ada seorang pasien pun di kamar ini, hanya ada kau…dan aku yang menemanimu…. dimalam ini, inginku bersamamu berbagi kebahagiaan mendengar semua apa yaang kau rasakan….
Sudah larut malam ukhti…istirahatlah, agar esok kita sambut sebuah harapan…
Hari nan Fitri telah tiba…sinar matahari dengan hangatnya menyapa pagi ini…senang rasanya melihat senyummu….^_^
Kau yakinkan diriku agar segera pulang untuk melaksanakan sholat Ied dan berkumpul bersama keluargaku…tak tega rasanya jika harus meninggalkanmu sendiri ukhti, walau ada perawat yang bertugas. Kemarin, sengaja kau meminta orangtuamu untuk pulang ke rumah menyiapkan penyambutan hari raya dirumahmu.
Disaat semua orang berkumpul dengan keluarga, Namun di hari raya ini, kau sendiri di atas tempat tidur ukhti….

November 2008,
Sore itu kau terkejut dan terharu melihat baanyak sekali sahabatmu datang menjengukmu…karena selama ini kau tak ingin mereka tahu kondisimu…
“Sungguh…betapa indah ukhuwah…bersama setiap jiwa yang selalu terukir nama-Mu, mencinta karena-Mu, dan membenci karena-Mu…merasa sakit dikala yang lain sakit, dan tersenyum disaat setiap jiwa itu merekah indah….”

…Secercah harapan…
Kembali kau harus di uji ukhti…kakimu mengalami infeksi sehingga harus dilakukan penyedotan setiap 5 menit sekali…tentu itu sangat tidak nyaman dan mengganggu tidurmu.
Teleponku berdering…dan kudengar suaramu ukhti, kau mengatakan dengan riang…bahwa alat yang ada didalam kakimu akan segera diangkat, sehingga kau bisa menekukkan kakimu…sungguh, ini adalah kabar yang selama ini kau nantikan…hari-hari terus berlalu…tak sabar kau menunggu saat-saat itu datang…
Hingga hari itu pun tiba, penuh harap saat kau kembali masuk ruang operasi…Saat kau tersadar…dokter mangatakan bahwa kakimu belum dapat digerakkan, karena tulang yang ada dikakimu adalah tulang palsu…sedangkan yang asli masih harus tetap di laboratorium…
“Betapa Allah sangat sayang padamu ukhti…dengan terus mengujimu…”

Desember 2008,
Tubuhmu semakin kurus ukhti…sekarang kau sedang kemotraphy, dan seperti biasa disaat-saat itu, kau harus berusaha untuk menahan rasa sakit…
Ukhti…akhirnya setelah sekian lama terbaring…kali ini kau bisa menapakkan kakimu dilantai…walau hanya dengan satu kaki…karena kaki kananmu belum kuat untuk menopang tubuhmu, di dalam dan di luar kaki kananmu terpasang beberapa alat…ukhti, tentu tidak nyaman rasanya ada benda asing yang tertanam di dalam kakimu…
Walau begitu…kau tetap tersenyum…kau bisa bangkit dari tempat tidur, tertatih menuju ruang tengah dan dapur, namun tidak untuk kamar mandi…karena kaki kananmu masih tidak bisa ditekuk dan harus selalu dalam keadaan lurus. Sudah beberapa bulan ini kau harus menggunakan alat bantu pengganti toilet.

Februari 2009,
Sudah beberaapa pekan ini kau dirumah, menunggu kamar kosong di RS yang memang selalu penuh…kau akan menjalani operasi yang ke tujuh kalinya.
Malam yang indah, saat bertaburan indahnya kerlip bintang…kau kabarkan padaku bahwa kamar kosong sudah tersedia dan kau pun akan segera dioperasi.
Operasi kali ini, berjalan dengan lancar…dan ternyata penyebab infeksi selama ini adalah sisa-sisa tulang asli yang sempat dipotong, ternyata kuman terus berkembang di tulang palsu.
Kau harus menjalani 12 kali kemotraphy lagi dengan dosis yang lebih besar dari sebelumnya… kau pasti kuat ukhti, pasti kuat…!!!
“Allah tidak menguji hambanya, diluar kemampuannya…”

Mei, 2009
Saat ini…kau masih tengah berjuang melawan sakit…walau terkadang ada rasa jenuh menjalani semua ini…sabarlah ukhti, harapan akan selalu ada…semoga kakimu kuat melawan penyakit yang ada, sehingga kau tak harus kehilangan sebelah kakimu…agar kembali dapat menapak luasnya alam ini…
“Kata-kata cinta terucap indah…mengalir berzikir di kidung doaku…sakit yang kurasa, biar jadi penawar dosaku…butir-butir cinta air mataaku…teringat semua yang kau beri untukku…ampuni khilaf dan salah…selama ini Ya Illahi….” (edcoustic)
Senandung nasyid mengalun indah…menjadi salah satu penghibur hatimu ukhti…tetaplah tersenyum menatap dunia…


Jakarta, 12 Mei 2009, 02.25 WIB
Saat langit bertabur bintang di kelamnya malam….
kutulis sebuah kisah nyata, tentangmu sahabatku…Nurmeilita
Salam,
-Ratna-