Rabu, 21 Maret 2012

Ketika Harus Memilih

Pernah berada diantara pilihan? Ya, mungkin setiap orang pernah mengalaminya. Sebuah keputusan besar maupun kecil harus segera dipilih, dimana setiap pilihan itu mengharuskan kita untuk menghadapi sebuah resiko.

Tapi apakah kita tahu bahwa setiap detik bahkan setiap hembusan nafas kita tak tepas dari kehendak Allah? Kita hanya pemain, yang bagaimana dalam titian kehidupan ini bermian dengan secantik mungkin, menang-kalah, sedih-bahagia, semua adalah hasil. Posisi kita hanyalah pada garis proses, tak lebih. Jika ke-ego-an kita turut menentukan hasil dan berorientasi pada hasil, bersiaplah kecewa, karena hanya Allah lah yang berhak menentukan hasil, Dia lah yang lebih mengetahui hasil apa yang terbaik bagi hambanya.

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.
Dan, boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."'(al-Baqarah: 216)

Kisah ini diuturkan oleh salah seorang sahabat, sebut saja namanya Anggi (bukan nama sebenarnya) dilahirkan dari keluarga sederhana, mengharuskan ia bekerja membantu kedua orang tuanya, hingga saat menginjak usia remaja ia tinggal di sebuah Panti Asuhan, dengan harapan dapat terus melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.

Namun selepas SMA, Panti Asuhan tempatnya tinggal digusur oleh pemerintah daerah setempat, hingga impian untuk kuliah sempat terhenti. Anggi memutuskan untuk bekerja dan mengumpulkan uang untuk kuliah serta membantu perekonomian keluarga.

Lama mencari, pekerjaan tak kunjung ia dapatkan, bukan karena tidak ada tempat yang menerimanya, hanya saja ia harus memilih. Berada diantara dua pilihan....

Melepaskan jilbab dan ia mendapat pekerjaan, atau tetap teguh menutup aurat namun kehilangan kesempatan untuk bekerja?

Dalam hitungan atau berdasarkan perkiraan kita sebagai manusia, Jika ia melepas jilbab, maka ia dapat bekerja dan rencananya untuk kuliah dapat terwujud, tapi apa yang akan ia korbankan? Jilbab????

Apabila ia memilih untuk tetap mengenakan jilbabnya, sampai kapan ia menjadi pengangguran? Akankah ia berhasil untuk mewujudkan mimpinya?

Rasa iri melhat sahabat-sahabatnya telah bekerja dan mendapatkan uang, serta meilhat sahabat yang lainnya sibuk dengan tugas kuliahnya. Hanya dapat memohon petunjuk dari Allah dengan terus berupaya mencari jalan keluar.

Anggi, dengan segala kelemahannya dan kekuatan impiannya, memilih untuk tetap mengenakan jilbab, meski impiannya untuk kuliah tertunda dan mengalami tekanan psikologis karena belum bisa membantu perekonomian keluarga yang pada saat itu untuk makan sehari-hari saja penghasilan ayahnya tidak cukup untuk memenuhi.

Satu tahun berlalu, kegigihannya berhasil mengantarkannya menuju pintu gerbang impiannya. Allah mengabulkan doa-doa sahabat kita Anggi untuk dapat mengecap pendidikan dibangku kuliah dengan bantuan beasiswa.

Lulus dengan predikat memuaskan, Anggi bekerja untuk membantu kedua orang tuanya. Dalam kehidupan sosial, Anggi banyak disukai oleh sahabatnya, lincah, energik, dan selalu ceria membawa ia menjadi pribadi yang menyenangkan.

Usia semakin bertambah, sudah waktunya ia untuk menikah. Allah telah mempertemukannya dengan seorang laki-laki sholeh yang kini telah menjdi suaminya. Seorang laki-laki yang hampir saja Anggi menolak untuk menikah dengannya, namun apa yang terjadi? Dengan keputusannya yang awalnya ia pun ragu, ternyata Allah lagi-lagi lebih mengerti akan setiap hamban-Nya, Allah telah memilihkan laki-laki yang terbaik untuk sahabat kita, terakhir Anggi menuturkan bahwa ia sangat bersyukur kepada Allah yang selalu memberikan yang terbaik baginya, meski terkadang kita dihadapkan pada sebuah pilihan.

Sahabat, kisah Anggi adalah salah satu dari ratusan ribu bahkan jutaan manusia yang pernah mengalami ketika harus memutuskan diantara pilihan. Semua yang telah Allah gariskan dalam hidup manusia, agar setiap diri kita dapat selalu berfikir atas segala tanda-tanda kekuasaan-Nya yang tentu tidak akan pernah menzholimi hamba-hamba-Nya.

Sekarang, tinggal bagaimana kita menyikapi pilihan tersebut?

***

Oleh : Iqra

Condet, 23 November 2010

2 komentar: